“masih jam setengah dua” batinku,,,
Kulihat ada gerobak penjual minuman, langkahku pergi kesana, ada dua orang yang berada di gerobak ini, seorang ibu tua dan seorang anak muda, mungkin temannya, kupikir.
“kopi dingin satu bu, ndak pake lama” kata ku
“iya nak, sebentar ya,,,?” sahut sang ibu
Aku memilih duduk dibawah pohon rindang, sekalian menyejukkan diri di tengah udara kota pekanbaru yang menggila panasnya, sekalian ada janji dengan teman untuk pergi ke pesta pernikahan bos di kantor.
Kopi dingin pun sampai disamping ku, tidak perlu pakai meja, toh hanya bangku taman tempat duduk duduk menikmati jalanan, sewaktu sedang menikmati minuman, aku mencuri dengar pembicaraan antara sang ibu dan anak muda itu.
“Bapak anak anak sudah tidak mampu bekerja lagi semenjak tempat kerja dia lama di pabrik batu bata daerah kulim sudah tutup, jadi kerja suami saya hanya di rumah saja, anak kami berlima, paling besar cewek, sekarang sedang duduk di kelas tiga sma” kata ibu itu,
“dulu sewaktu anak saya yang paling tua sekolah di smp, pas kami sedang tidak punya penghasilan, Cuma bapak anak anak saja yang bekerja, sedangkan saya Cuma ibu rumah tangga, anak saya yang paling tua itu bersikeras ingin bersekolah,,,”
——————————————————————-
“aku ingin bersekolah mak,,, aku ingin menyambung sampai SMA” kata Fatimah
“aduh nak, duitnya dari mana? Bapak mu baru saja di PHK, sedangkan ibu Cuma bekerja dirumah” sahut ibu,
“pasti ada jalan, mak, ayolah mak, sedangkan umi, teman Fatimah bapaknya sudah meninggal, mak, namun tetap dapat bersekolah sampai sekarang”, sambung Fatimah
“ya, namun ibunya sudah punya usaha jahit baju, nak, tolonglah mengerti kesusahan keluarga kita, adik adikmu masih berempat, dan mereka juga harus bersekolah, Fatimah,,,”
“jangan menyerah, mak,,, kita jualan saja pakai gerobak, mak, jualan minuman dan lontong, “
“apa kamu tidak malu, imah,,,? Apa kata kawan kawan kamu nanti,,,? Kamu jualan pakai gerobak, mau di taruh dimana mukamu nak,,,?” Hujam sang ibu,
“imah tidak malu doh mak, biarlah imah mendorong gerobak pas pulang sekolah, mencuci piring, ndak malu imah, asalkan imah bisa bersekolah, setelah imah bersekolah tinggi, mak, imah bisa bekerja di tempat yang bagus, bisa membantu adik adik bersekolah, mak, itu tugas imah sebagai anak tertua,,,” tangis imah
“iyalah nak, nanti amak minjam sama paman kau modal untuk buka usaha gerobak nak, kita buka di dekat purna MTQ, biar dekat dengan sekolah kau,,, biar kau pun bisa bantu mamak sepulang sekolah” kata sang ibu, akhirnya mengalah.
———————————————————-
“begitulah akhirnya saya dapat buka usaha gerobak ini dek,” cerita ibu itu
“terkadang kadang harus main kucing kucingan dengan satpol PP kalau mereka sedang razia, untunglah selama hampir empat tahun ini belum pernah kena tangkap satpol PP” tutup ceritanya kepada teman disampingnya.
Terharu diriku mendengar cerita ibu tersebut, betapa perjuangan yang tidak mau menyerah kepada nasib.
“berapa, buk?” kataku untuk membayar minuman tadi,
“lima ribu nak,,,”
—
Hmm,,, jadi malu kepada kisah ibu tersebut, ternyata meski hidupnya susah, namun semangatnya tetap membara, terima kasih untuk kisahnya, bu,,,